

Daya tarik dari penggunaan refrigerant hidrokarbon pada mesin pendingin, selain karena memiliki sifat ramah lingkungan (tidak merusak lapisan ozon dan tidak menyebabkan pemanasan global) juga bisa memberikan efek penghematan listrik pada mesin pendingin dibandingkan saat mesin pendingin tsb menggunakan jenis sintetik.
Dalam uraian dibawah ini akan dibahas analisa perbandingana sifat Fisika dan Termodinamika parameter refrigerant hidrokarbon (MC-134) campuran Propane dengan butan terhadap refrigerant sintetik R-134 pada mesin pendingin jenis kulkas yang bisa memberikan efek penghematan listrik.
Refrigeran Hidrokarbon
Ditinjau dari aspek energi pada mesin pendingin penggunaan refrigeran hidrokarbon terbukti dapat menurunkan penggunaan energi, dan kondisi seperti inilah yang menjadi daya tarik dan potensi yang bermanfaat untuk digunakan secara lebih luas di masyarakat. Kelemahannya dibandingkan refrigeran seperti R-22, R-134A, R-410A yang masuk kategori A1 (non flammbale), R-32 masuk kategori A2 (medium/low flammable), sedangkan jenis Hidrokarbon masuk A3 (high flammable). Dalam perkembangannya dengan mengacu pada berbagai standar kerja yang berlaku seperti British Standard, Australian standard dan SNI 06-6501.2-2000, maka sifat mudah terbakar tersebut dapat diatasi dengan baik.
Tinjauan Aspek Fisika Bahan Refrigeran
Perbedaan sifat dan karakteristik yang dominan antara refrigeran sintetik dengan refrigeran hidrokarbon yang ada dalam bidang ilmu fisika, meliputi:
• Viskositas biasanya didefinisikan sebagai “kekentalan” yang menggambarkan penolakan dalam fluida kepada aliran dan dapat digunakan untuk mengukur gesekan fluida.
• Rapat massa adalah besaran turunan dalam fisika yang secara umum lebih dikenal sebagai massa jenis.
Sedangkan persyaratan menjadi refrigeran yaitu:
• Tekanan penguapan kecil. Sifat ini dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator.
• Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil.
• Kalor laten penguapan harus tinggi. Sifat ini memungkinkan jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil untuk kapasitas refrigerant yang sama.
• Koefisien prestasi (COP). Hal ini merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi.
• Konduktivitas termal tinggi. Sifat ini penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor.
• Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun gas. Sifat ini menentukan kelancaran aliran refrigeran dalam pipa.
• Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, tidak menyebabkan korosi.
• Refrigeran harus aman, tidak boleh beracun dan mudah ditangani untuk menghindari bahaya terhadap manusia.
Siklus Termodinamika Proses Pendinginan
Secara umum terdapat bermacam jenis siklus proses pendinginan seperti:
• Mesin pendingin siklus kompresi uap, merupakan jenis pendingin yang paling banyak digunakan di pasaran.
• Mesin pendingin siklus absorbsi mirip dengan siklus pendinginan kompresi uap, perbedaan utamanya adalah gaya yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dan tekanan kondensasi serta cara perpindahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke wilayah bertekanan tinggi. Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan kompresor, sedangkan pada sistem pendingin absorbsi digunakan absorber dan generator.
• Mesin pendingin siklus jet uap mirip dengan siklus pendinginan absorbsi. Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah pada siklus jet uap menggunakan pompa untuk menggantikan absorber dan generator.
Sistem Kompresi Uap
Mesin refrigerasi dengan sistem pompa kalor dikenal dengan sistem refrigerasi kompresi uap memiliki empat proses yaitu: kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi seperti gambar-1.
Gambar-1 : Komponen Siklus refrigerasi kompresi uap
Mesin pendingin dan pompa kalor (mesin pemanas) adalah mesin yang bekerja menyerap kalor dari lingkungan bersuhu rendah kemudian dipindahkan ke lingkungan bersuhu tinggi.
Gambar-2 Prinsip dasar dari mesin pendingin dan pemanas.
Penemuan siklus pendingin merintis jalan bagi pembuatan dan perkembangan mesin pendingin. Karakteristik refrigeran dapat dianalisa dengan menggunakan Diagram Mollier yang menyatakan hubungan antara tekanan (P) pada ordinat dan entalpi (i) pada absis dari siklus refrigerasi, sehingga dikenal juga dengan diagram tekanan – entalpi atau diagram P-i seperti pada gambar-3 dibawah ini.
Gambar-3 Skematis siklus refrigerasi
Diagram Mollier dibagi menjadi tiga bagian oleh garis cair jenuh dan garis uap jenuh untuk membedakan tingkat keadaan cairan refrigeran super dingin (supercooled), uap basah dan uap super panas (superheated vapor). Dalam gambar tersebut juga biasa dilukiskan garis-garis isobar, isoentalpi, isoterm, dan isokhor yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai-nilai yang sama dalam hal : tekanan, entalpi, temperatur, dan volume spesifik Siklus refrigerasi dalam P-i Diagram dapat dibagi menjadi 4 tahapan proses yaitu kompresi, kondensasi (pengembunan), ekspansi, dan evaporasi
Gambar-4 Siklus ideal kompresi uap
• Tahap A-B adalah proses kompresi dalam kompresor, di mana refrigeran dalam fase uap masuk menuju kompresor dimana tekanannya dinaikan. Suhu juga akan meningkat karena kalor yang diserap refrigeran pada waktu penguapan di evaporator energi kalornya dipindahkan ke refrigeran yang menuju proses kompresi di kompresor.
• Tahap B-C digambarkan dengan garis tekanan konstan, dimana gas bertekanan tinggi yang keluar dari kompresor mengalami proses pengembunan di dalam kondensor dengan melepaskan kalor ke lingkungannya.
• Tahap C-D cairan yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi yang fungsinya untuk memperbesar volume yang akan menurunkan tekanan refrigeran sehingga menjadi bentuk butiran-butiran cairan dengan suhu yang dingin saat masuk evaporator.
• Tahapan D-A menunjukkan proses tekanan konstan yang terjadi selama penguapan dalam evaporator. Penguapan memerlukan kalor, cairan refrigeran dalam evaporator menyerap kalor dari sekitarnya.
Perhitungan Termodinamika Siklus Refrigerasi
Sifat penting dari refrigeran adalah :
• Titik didih
Titik didih merupakan temperatur dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Pada sistem pendingin, titik didih normal harus lebih rendah dari objek yang didinginkan, agar refrigeran yang masuk kompresor dari evaporator benar-benar dalam wujud gas supaya tidak merusak kompresor.
• Coefficient of Performance (COP)
Koefisien kinerja atau COP adalah bilangan tidak berdimensi yang digunakan untuk menyatakan kinerja dari sebuah siklus termodinamik. COP merupakan ukuran untuk menyatakan efisiensi dari siklus refrigerasi, didefinisikan dengan persamaan :
• Temperatur saturasi rata-rata
Temperatur saturasi merupakan temperatur jenuhnya uap refrigerant bila refrigeran hidrokarbon merupakan campuran dari beberapa komponen refrigeran, maka pada tekanan konstan, ada perbedaan antara temperatur saturasi cair (bubble point) dengan temperatur saturasi uap (dew point). Untuk mendapatkan temperatur saturasi rata-rata dari refrigeran campuran digunakan persamaan:
Efek refrigerasi dari proses penguapan pada evaporator, dihitung berdasarkan selisih entalpi antara entalpi pada saat keluar evaporator dikurangi entalpi pada saat masuk evaporator :
∆He = iA – iD ....................................... (2 – 3)
Qw = iB – iA ................................. (2 – 4)
Qc = iB – iD .................................. (2 – 5)
di mana Q adalah kapasitas refrigerasi, dimana besarnya untuk satu ton refrigerasi yang sebesar 3320 kcal/jam.
Analisa perbandingan MC-134 dengan R-134a
Parameter yang berkaitan dengan efek penghematan energi dari refrigerant hidrokarbon adalah sifat Fisika dan termodinamika bahan seperti ditunjukan dalam table-1.
Tabel-1 : Data sifat Fisika dan Termodinamika refrigerant Hidrokarbon
PROPERTIES |
MC-134 |
HFC-134a |
Enthalpy Liquid, kJ/kg |
261 |
235 |
Enthalpy, v, kJ/kg |
601 |
412 |
Density, l, kg/m3 |
531 |
1207 |
Density, v, kg/m3 |
12.90 |
32.35 |
Specific Heat, l, kJ/kg.K |
2.53 |
1.42 |
Specific Heat, v, kJ/kg.K |
1.89 |
1.03 |
Viscosity, l, uPa-s |
128 |
195 |
Viscosity, v, uPa-s |
7.9 |
11.7 |
Thermal Conductivity, l, mW/m-K |
92 |
81 |
Thermal Conductivity,v, mW/m-K |
18 |
14 |
Surface Tension . N/m .10-3 |
9.5 |
8.1 |
Speed of Sound, m/s, l |
780 |
506 |
Speed of Sound,m/s, v |
212 |
144 |
Saturated Pressure, bar |
5.7 |
6.7 |
Temperatur Glide, 0C |
7.7 |
|
Tabel-2 Perbandingan Sifat Termal R 134a vs MC 134
Tabel-3 Perbandingan Kinerja
Dari tabel-.3 refrigerator dengan MC-134 memberikan hasil kinerja yang lebih baik, terlihat dari parameter :
Untuk mengetahui respon terhadap kecepatan penurunan suhu bisa dilihat pada gambar-5
Gambar-5 : Perbandingan kecepatan pendinginan
Dari gambar-5 suhu evaporator yang dicapai oleh MC-134 lebih rendah 2 oC dibandingkan dengan R-134a.
Penutup